Ronny Pattinasarani - Berebut Kasih Sayang dengan Bandar

Kamis, 02 Desember 2010

print this page
send email
photo
Di jagad persepakbolaan tanah air dialah sang macan lapangan. Seorang yang siap menjemput bola di manapun disepak. Pada masa-masa jayanya, ia tampil sebagai pemain dan pelatih sepakbola yang paling dicari oleh klub papan atas. Hingga datang suatu masa yang paling suram... di tengah gelap malam yang senyap, dengan langkah gontai menyusuri hitam jalanan mencari-cari di manakah gerangan sang anak yang ia kasihi.



Saya sudah tak peduli lagi orang mau sebut apa Ronny Pattinasarani. Kawan-kawan saya bilang, eh sudah gila barangkali si Ronny, kok jalan malam-malam sendirian...'' Saya akan lakukan apa saja, dan saya akan lepaskan apa saja yang ada pada diri saya demi anak saya yang sedang menderita, demikian penuturan Ronny Pattinasarani dalam suatu perjumpaan dengan SADAR di kawasan Kemang.



Berkali-kali Ronny menekankan bahwa dirinyalah yang salah sehingga kedua anaknya menderita oleh kecanduan narkoba. "Saya sebenarnya sedang dihukum melalui apa yang menimpa anak-anak saya!'' ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Ya, Ronny harus menerima kenyataan bahwa dua anak laki-lakinya terjerat zat yang mematikan itu. Ketika ia memandangi anaknya yang tertidur di kamar setelah didera siksaan menahan candu, hatinya berbisik, "Apa kesalahan anak ini sehingga ia harus menderita seperti ini?".



Demi mengasihi kedua anaknya, Ronny melepaskan pekerjaannya sebagai pelatih sepakbola yang merupakan sumber pemasukan terbesar buat keluarga, ia mencurahkan seluruh waktunya untuk mengurusi mereka. Kapan saja ia dibutuhkan, ia akan selalu ada di samping mereka. Kasih sayang yang bercampur rasa iba dan perasaan ikut menderita yang ditunjukkan Ronny, menghasilkan bentuk perhatian yang sulit dimengerti siapapun juga. Dengan sukarela, Ronny acap menyediakan putaw ketika kedua anaknya sedang membutuhkan. la mendampingi hingga ke tempat bandar untuk membelikannya langsung buat mereka.



Hidup Mati, Beda Tipis



Cahaya lampu hiasan di Dimsum Festival tempat kami bertemu malam itu, meremang, seolah ingin memprotes tindakan Ronny terhadap anak-anaknya. Kenapa bisa begitu? "Alasannya hanya satu," jelas Ronny, "Saya tidak tega melihat anak saya menderita. Setelah saya lihat sendiri di depan mata saya, putaw yang mereka pakai bisa melepaskan mereka dari penderitaan, saya merasa wajib menyediakannya untuk mereka. Pada saat itu, saya juga menangis karena saya tahu saya ikut membunuh anak saya secara perlahan. Saya tidak punya pilihan lain selain saya harus menolong anak saya segera lepas dari penderitaannya walaupun hanya sesaat. Saya lakukan itu juga karena saya tahu pasti, anak saya sudah bertekad mau sembuh. Tapi mereka, kan tidak punya jalan keluar... Supaya mereka tidak lekas menyerah, saya ingin mereka teryakini bahwa saya sangat peduli dengan keadaan mereka!''



Lagi-lagi akal manusia sulit menyelami pengalaman pribadi seseorang yang berpasrah dalam iman, seperti yang dialami Ronny. Berikut kesaksiannya: "Bukan karena saya frustrasi atau putus asa, tapi karena saya sudah siap kalau pada akhirnya saya akan kehilangan kedua anak saya. Buat pemakai narkoba, kemungkinan hidup atau mati itu beda tipis. Cepat atau lambat anak saya akan meninggal, entah itu karena over dosis atau jadi perampok di luar lalu terbunuh oleh polisi, tapi kalau tokh itu terjadi, mereka sedang berada dalam kasih sayang saya. Itu kekuatan saya juga untuk selalu bertahan agar anak saya bisa sembuh. Karena saya yakin tidak ada kata menyerah sama Tuhan, walaupun kita sendiri babak belur."



Ronny sampai pada satu titik balik dalam pengabdiannya kepada keluarga, khususnya kedua anak laki-lakinya yang sedang berjuang untuk sembuh. la memutuskan untuk mengurus sendiri anak-anaknya. "Sebab setelah dua kali terapi dengan dokter, keadaan mereka tidak kunjung membaik. Lalu saya ulangi lagi dengan dokter yang lain, tetap tidak baik juga. Hati saya tidak rela seandainya mereka meninggal saat sedang ditangani dokter atau yang lainnya. Jadi saya mengubah sendiri cara penyembuhannya, yaitu dengan mendekatkan diri saya secara pribadi kepada Tuhan dan kepada mereka," tutur Ronny yang mengungkapkan bahwa rahasia sukses kesembuhan kedua anaknya merupakan proses yang berlangsung melalui tiga simpul hubungan antara dirinya dengan Tuhan, keluarga, dan anak-anak. Menurut Ronny, yang membuat rumah tangga menjadi terang bagi anak adalah kasih sayang.



Karena itu ia dan isterinya selalu memperlihatkan kesatuan pendapat "Mengurus anak normal saja pusing, apa jadinya kalau kita sering ribut-ribut di depan mereka?" sambungnya. Sofyan Ali, Ketua Gerakan Anti Madat [Geram], yang menjadi fasilitator kami bertemu dengan Ronny Pattinasarani malam itu menambahkan, "Kalau ada anak terkena narkoba, satu keluarga bisa mati. Masalah narkoba di tengah keluarga menyebabkan tingkat keributan keluarga, utamanya selisih pendapat antara suami-isteri, begitu tinggi sehingga hal itu sering berujung pada perceraian!".



Keduanya Terjerumus Narkoba



Kasih yang ia berikan bukan sekadar ungkapan, namun ia praktekkan dalam sikap dan perbuatan. Buahnya ialah anak-anak Ronny, yang termasuk anak penurut terhadap orangtua. Ronny bercerita, suatu kali anaknya terlihat mengambil barang dari rumah dan pergi mencari putaw, lalu ia kejar dan menyuruhnya pulang, saat itu juga dia akan pulang dan mengembalikan barang. Teringat hal itu, Ronny terharu sekali sebab ia tahu anaknya saat itu sedang butuh-butuhnya. Tapi karena anaknya merasakan kasih sayang yang nyata dari dirinya, anaknya tidak pernah sedikitpun melawan dan tidak pernah mau ribut dengannya. Itu pengakuan anaknya setelah sembuh, ketika ditanyakan kembali oleh Ronny setelah tiga tahun lamanya menangani mereka.



Anak kedua Ronny, lebih dahulu terjerumus narkoba. Baru kemudian menyusul kakaknya. Pertama kali anaknya mengaku memakai narkoba, reaksi Ronny biasa saja. Karena informasi tentang putaw waktu itu belum banyak, ia pikir putaw hanya semacam minuman ringan beralkohol atau sejenis obat nipam yang tidak terlalu ganas. "Saya curiga, sakit panas-dinginnya anak saya, kok lain meskipun sudah dibawa ke dokter. Lalu saya cari tahu apa sih putaw apa sih shabu. Begitu tahu dari teman yang sering pakai, saya kaget setengah mati...".



Tidak Boleh Saling Menyalahkan



Apa tindakan selanjutnya? "Langkah pertama, saya beri tahu Stella, isteri saya. Saya bilang, Anak kita Jerry pakai narkoba. Ini bukan aib, hanya suatu musibah. Karena itu kita harus tolong kita punya anak! Lantas komitmen awal kami adalah agar di antara kami berdua tidak boleh saling menyalahkan. Setelah itu kami bawa dia menjalani perawatan medis. Tapi tidak sembuh. Si kakak yang tadinya disuruh jaga, malahan ikut-ikutan pakai. Mulailah dari situ barang-barang di rumah sering berhilangan" kenang Ronny. Bagaimana agar emosi tetap terjaga? "Dengan doa. Jarang saya sampai marah-marah. Pernah jam 1 malam orang menggedor pintu rumah. Katanya anak saya punya utang. Mau bilang apa kecuali saya minta maaf... Begitu anak pulang, saya tidak apa-apakan dia, sebab dia sendiri dalam posisi otak yang tidak normal. Saya hanya buang waktu dan tenaga bicara dengan orang seperti itu. Yang bisa saya perlihatkan hanya sikap. Saya rangkul dia. Lalu di kamarnya saya sempatkan tidur di sampingnya biar cuma lima menit. Jadi hanya itu kita ngomel, bisa-bisa dia malah kabur lagi" Bentuk kasih sayang lainnya? "Waktu, kedekatan, dan yang paling penting sikap. Itu yang dibutuhkan anak" kata Ronny mantap, "Misalnya sewaktu dia pulang, saya peluk lantas saya tanya dia darimana saja... Dia pikir dia akan dimarahi ternyata tidak!".



Ketika berurusan dengan bandar? "Saya tidak dendam, karena mengurus anak saya saja sudah susah. Buat apa tambah masalah? Cuma kepada bandarnya saya bilang, dia tahu saya siapa, dan saya tahu dia siapa, jadi saya minta dia jangan berbuat macam-macam dengan anak saya. Saya tidak mau keras-kerasan, karena itupun tidak akan menolong anak saya, tapi bisa malahan lebih parah".



Menurut catatan Sofyan Ali, bandar bisa menghabisi pelanggan yang ia rasa sudah mengancam keberadaannya, dengan melebihkan dosis pemakaian narkoba secara sengaja atau mencampurnya dengan bahan yang mematikan. Berkaitan dengan itu, Ronny pernah menyaksikan dua teman anaknya meninggal akibat over dosis, namun dalam pikirannya mereka sebenarnya dibunuh. Itulah yang ia jaga dari anaknya. "Makanya saya berebutan kasih sayang sama bandar", tandasnya. Ronny mengakui kalau dirinya dulu kurang memberikan kasih sayang dikarenakan jadwalnya yang padat sebagai pelatih di berbagai tim kesebelasan daerah sehingga ia jarang bertemu anak. "Makanya saya anggap ini semua hukuman. Tapi Tuhan tidak menghukum langsung, melainkan melalui anak saya. Hukumannya sangat berat... sangat berat... sangat berat'' tambahnya penuh sesal.



Minum Racun Serangga



Seperti apa perasaan ikut menderita? "Pada waktu anak saya sakaw, saya peluk dia terus... Dia meraung minta tolong agar badannya dipukuli. Tapi saya tidak lepas. Saya peluk terus. Sampai menjelang pagi, begitu saya ada uang, saya belikan putaw buat dia... Kalau sudah begitu, saya tidak bisa apa-apa lagi. Apalagi kalau kedua anak saya sakaw berbarengan. Belum lagi ketika salah satu dari mereka, saya dapatkan hendak bunuh diri dengan meminum racun serangga. Dia merasa sudah tidak punya kekuatan lagi untuk sembuh. Dan dia tidak mau mengecewakan saya orangtuanya. Jadi dia cari jalan pintas daripada menyusahkan orangtua terus, dia lebih pilih mati. Itu pikirannya waktu itu. Saya bersyukur dia masih tetap hidup. Ini yang saya jadikan bahan untuk menghiburnya, bahwa masih ada Tuhan, sahabat yang pasti sanggup menolong. Sejak itu dia punya kekuatan untuk terus bergumul." papar Ronny sambil memperbaiki posisi duduknya.



Ke mana mencari informasi tentang metode-metode penyembuhan dari narkoba? "Nggak tahu, saya seperti kehilangan akal. Tapi dari awal, saya percaya ini hukuman Tuhan. Dan saya yakin hukuman ada batasnya. Yang menghibur saya ialah kalau anak saya belum sembuh, berarti saya belum beres sama Tuhan. Jadi saya harus beres dulu. Karena itu saya minta tolong sama Tuhan. Dan sewajarnya kita mendekatkan diri kepada siapa kita mengharapkan pertolongan. Itu yang jadi pegangan saya". Proses kesembuhan anak-anak Ronny tidak terlepas dari pelayanan gereja. Terapinya, kalau orang sakaw biasanya mencari putaw, di sana mereka mencari Firman Tuhan dengan membaca ayat-ayat dari Alkitab dan saling mendoakan. "Dalam Tuhan tidak ada yang mustahil, itu yang selalu saya ingatkan pada mereka" tambah Ronny yang mendapatkan kekuatan diri dengan selalu berdoa.



Apa pengalaman berharga dari semua cobaan itu? "Keterlibatan mereka dengan narkoba dan kesembuhan mereka yang ajaib, sangat berhubungan dengan pertobatan keluarga. Keinginan mereka yang kuat untuk sembuh, membawa pemulihan dalam keluarga, sehingga kami sekeluarga bisa selalu kumpul. Kedua anak laki-laki saya yang tadinya dianggap sampah, bisa berjiwa besar meminta maaf. Dan mereka membuat kesaksian itu di depan keluarga dan banyak orang... Kami semua menangis waktu itu".



Nasihat untuk orangtua yang mengalami masalah yang sama? "Orangtua hendaknya jangan takut kehilangan status, popularitas, atau kenikmatan hidup. Jangan takut berkorban untuk kepentingan anak. Kalau anak berhasil sembuh, pasti berkat lainnya akan datang!."

site : http://info-narkotika.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar