Peter Bunjani - Mending Digebukin Orang Dua Kampung Deh!

Kamis, 02 Desember 2010

print this page
send email
photo
Tangannya hangat menggenggam saat pertama kali SADAR menyalami pria muda yang ramah ini. Di ruang kerjanya yang sederhana, staf Konselor Klinik Rehabilitasi Pamardi Siwi, Jakarta ini pun mulai menuturkan kisah hidupnya.



Ngerokok untuk Gagah-gagahan



Peter Bunjani, demikian nama yang diberikan pasangan Thomas dan Ivone kepada putra keduanya yang lahir hari itu, 19 Agustus 1976. Peter kecil tumbuh besar dalam limpahan kasih sayang, bersama dengan kakak laki-lakinya, Robert. Kehadiran Heru, putra bungsu, menambah lengkap anggota keluarga Bunjani yang tinggal di Teluk Betung, Lampung - satu kawasan dekat pantai yang seingat Peter menyenangkan dan berkesan.



Sedari kecil, Peter sudah bergau dengan anak-anak kampung di sekitar rumahnya. Anak-anak terminal, demikian julukannya, karena memang di dekat situ terdapat Terminal atau Pasar Kangkung yang cukup ramai di Lampung. Hampir sebagian besar waktunya, dihabiskan bersama teman-teman sekolah plus anak-anak terminal tersebut. "Seringnya nongkrong, tutur Peter, dari merekalah, Peter pertama kali mengenal rokok. "Awalnya buat gagah-gagahan aja" kenangnya gei. Meski sempet merasa pusing, bocah kelas VI SD itu akhirnya ketagihan hingga sebungkus untuk 2 hari.



Saat duduk di kelas I SMP Peter mulai mencaba minum minuman keras yang diakuinya minuman kelas kampung. "Mereknya Orang Tua, Topi Miring..? jabar Peter Kebiasaan minum saat itu memang menjadi bumbu kegiatan nongkrongnya,terutama saat begadang. Kumpul d terminal atau di rumah salah satu dari mereka. "Nongkrong, ngumpul, ngobrol. nyanyi-nyanyi, bakar ayam,,, itu juga nyolong punya orang!". Di kelas II dan III, kenakalan Peter semakin bertambah dengan mencoba obat-obat terlarang, seperti pil BK dan megadon, yang biasa disebut anjing gila. "Karena memang itu obat untuk anjing yang mengidap rabies". Satu hal yang baru diketahuinya setelah aktif di lingkungan rehab. Di tahun itu pula, sang ayah dipanggil Yang Mahakuasa karena sakit ginjal dan komplikasi darah tinggi.



Hijrah ke Jakarta



Atas kemauan sendiri, Peter ke ibukota untuk melanjutkan studinya ke tingkat SMU, Kebiasaan buruknya semakin menjadi. Bersama teman-teman kos yang rata-rata sudah mahasiswa, Peter hampir bolos saban hari. Mabuk-mabukan, peesiran ke tempat tempat hiburan, dan diskotik menjadi agenda harian mereka. Akibatnya, Peter dikeluarkan dari sekolah hingga dua kali. Sang ibu yang mendengar ulah putranya yang badung itu, memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan membeli rumah tinggal untuk bisa lebih mengawasi.



Namun, ulah Peter kian menjadi. Di sekoah yang ketiga (yang disebutnya sekolah buangan) ia dengan bebas mabuk, ngobat, bahkan berjudi di daam kelas. Guru yang ada di depan kelas hanya membiarkan saja, Peter sendiri pun heran, ia bisa naik kelas dan lulus dari sekolah ajaib tersebut.



Pencuri di Rumah Sendiri



Lulus SMU, Peter diterima di satu perguruan tinggi Swasta di Jakarta Barat, jurusan Ekonomi Manajemen. Sembari kuliah, Peter bekerja sebagai sales di satu perusahaan otomatif ternama. Pada saat itulah, Peter mengenal putaw, jenis narkoba yang melejit popularitasnya setelah kasus kematian Aldi di rumah artis Ria Irawan. Guna menutupi biaya yang tinggi untuk hobi nyandunya, pria yang memang jago ngomong ini, bekerja keras untuk bisa menjual mobil sebanyak-banyaknya. Lumayan, dalam sebulan ia bisa menjual 4-5 unit mobil, sehingga bisa mengantongi Rp 20 juta. Namun, semua itu habis begitu saja. Bahkan, untuk memenuhi kebiasaan buruk tersebut, Peter sering berhutang sana-sini, berbohong, menipu, bahkan menjual barang-barang yang ada di rumah. "Saya jadi pencuri di rumah sendiri" tandasnya pelan, dari tivi sampai motor!'' Barang-barang tersebut dilego ke pasar tempat peloakan, atau ke teman-temannya sendiri.



Diakui Peter, bila sedang sakaw alias ketagihan, ia tidak bisa menahan diri. Terutama jenis putaw, yang menurutnya merupakan jenis narkoba yang paling jahat. Efeknya luar biasa, "Badan sakit semua, ngilu... mending digebukin orang dua kampung deh!" papar Peter Selain putaw, hampir semua jenis narkoba ia konsumsi -inex, gele, shabu.



Konflik-konflik si tempat kerja pun tidak bisa dihindari. Entah kenapa Peter merasa sensitif, sehingga hal kecil saja bisa memercikkan pertengkaran dengan rekan sekerja. Selepas perusahaan otomotif, Peter kembali bergonta-ganti pekerjaan. Meski ia ditempatkan di luar kota, Peter tetap bolak-balik Jakarta untuk mendapatkan narkoba dari bandar langganannya. Naik kereta pulang pergi dalam sehari pun, tanpa tiket resmi dilakoninya.



Melangkahi Alquran



Kebohongan dan penipuan yang Peter lakukan, terutama kepada ibunya, telah melanggar batas. Pernah satu kali ia meminta uang dan ibunya meminta Peter bersumpah bahwa uangnya tidak dipakai untuk membeli narkoba. Saking tidak percayanya karena sudah ratusan kali dibohongi, sang ibu meminta Peter melangkahi Alquran, dan disanggupi oleh putra bandelnya tersebut. "Saat saya pulang dengan narkoba di tangan, mami menangis sedih. Saat itu saya seperti mati rasa, tidak merasa salah, nyesel, atau gimana..!'' kenang Peter.



Titik balik perjalanan hidup Peter terjadi pada tanggal 11 Juli 2002. Saat itu ia sedang berusaha mengangkut televisi rumah untuk dijual. Maminya yang sudah pasrah, mengajukan pertanyaan singkat, "Mau nggak kamu masuk rehab? Kalo mau, mami masukin sekarang!" Saat itu entah dari mana datang satu pemikiran dalam benak Peter, "Gila, hidup gue kok begini-gini aja? Padahal umur udah 26 tahun" Lalu bayangan teman-teman seangkatannya yang sudah mapan, sukses dan jadi orang melintas runut bagaikan film. "Padahal dulu mereka itu kalah sukses sama gue. Kok hidup terasa stuck (buntu, red], masih ngemis sana-sini!''.



Ala Militer



Akhirnya, Peter menyerah. Setelah 8 tahun lamanya terjerat narkoba, ia masuk panti rehabilitasi untuk pertaaa kalinya, yakni Rumah Perawatan Anak Nakal & Korban Narkotika (Rumwatik) daerah Cawang, Jakarta Timur - yang kini menjadi Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi.



Di bulan-bulan pertama di panti rehab, Peter dididik dalam kedisiplinan ala militer. Bangun jam 5 pagi, lalu membersihkan dan merapikan kamar tidur, olahraga pagi, apel pagi, kembali ke barak, lalu olahraga sore, malamnya bersih-bersih barak - demikian hari-hari yang ia lewati.



Bila sedang ketagihan, sama seperti penghuni rehab lainnya, Peter diberi semacam obat penenang, namun tetap tidak mampu meredam rasa sakit akibat ketagihan. Tekadnya yang kuat untuk lepas dari narkoba, menguatkan dirinya untuk bertahan di panti yang dikelola di bawah Kepolisian RI tersebut. Perlakuan keras penghuni senior yang seringkali menggebuk tanpa alasan, juga ditahannya. Dukungan dari keluarga, terutama mami tercinta yang rajin membesuk Peter, turut menguatkan semangatnya untuk sembuh.



Setelah selesai menjalani program penyembuhan selama 8 bulan, Peter akhirnya diijinkan pulang. Atas dukungan keluarga pula, Peter memutuskan untuk mempelajari ilmu konseling khusus narkoba di Sekolah Councelling Narkoba Kusumawicitra, di bawah asuhan Yayasan Gobel, Jakarta. Hasilnya, kini ia menjadi salah seorang Clinical Staf/Konselor di almamaternya sendiri, Pamardi Siwi.



Jangan Membenarkan Anak



Pria lajang yang hobi nonton dan bermain sepak bola ini mengaku sudah merasa pas dan puas dengan kehidupannya sekarang. Pekerjaan yang ia lakoni kini, meski tidak menghasilkan penghasilan sebesar yang pernah ia dapatkan dulu - setidaknya bisa membantu pemulihan seorang pecandu, seperti dirinya dahulu. la pun memantapkan diri untuk bisa mendalami ilmu psikologi. "Terutama psikologi tipikal individu" tuturnya sambil tersenyum.



Untuk masa delapan tahun yang terbuang akibat narkoba, Peter dengan bijak berkata, "Saya pribadi tidak menyalahkan teman-teman saya. Yang salah saya! Kenapa pengen coba-coba? Itu aja!'' Ia menyayangkan sikap kebanyakan orang tua yang sering tidak bisa menerima kenyataan anaknya pecandu, dan selalu menyalahkan orang lain. "Orang tua jangan suka benerin dan belain anak. Yang salah anaknya, itu harus diterima!'' tukasnya lagi.



Khusus untuk pembaca SADAR, penggemar klub Liverpool ini, menyampaikan pesan untuk menjauhi narkoba. Jangan coba-coba deh! Pokoknya say no to drugs!" ujarnya tegas, menutup obrolan siang itu

0 komentar:

Posting Komentar